PEMANFAATAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA
https://satujam.com/sejarah-bendera-merah-putih/
Haiiiiii bloggers, kembali lagi di blog Alvina's Gallery yaaa. Kali ini aku mau membahas tentanf PEMANFAATAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA. Artikel ini saya buat karena beberapa waktu lalu saya menulisnya guna untuk mengikuti suatu loma. Terimakasihdan selamat membaca...
PEMANFAATAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA
Bahasa merupakan
kebutuhan yang vital atau bisa disebut sangat penting bagi manusia
dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau sekelompok manusia. Mengingat
manusia merupakan makhluk sosial yang sejatinya membutuhkan orang lain, maka
dari itu manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif. Kemampuan semacam ini mendukung manusia sebagai makhluk sosial yang
tentu saja berbeda dengan makhluk Tuhan lainnya. Bahasa merupakan suatu alat
atau media komunikasi yang paling mudah dimengerti oleh manusia, itu sebabnya
bahasa merupakan salah satu faktor krusial dalam kehidupan masyarakat khususnya
di Indonesia. Oleh karena itu, bagi bangsa indonesia yang mempunyai populasi
hingga ratusan juta jiwa, yang kita ketahui didalamnya terdapat banyak ragam
suku, ras, agama dan lebih dari 700 bahasa daerah, maka bahasa merupakan sebuah
alat pemersatu bagi seluruh bangsa Indonesia.
Menurut KBBI bahasa
merupakan sistem lambang bunyi yang Arbiter, atau bisa disebut dengan bahasa
yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan
diri. Sedangkan Bahasa Indonesia adalah sebuah bahasa melayu yang dijadikan
bahasa resmi Republik Indonesia yang diresmikan penggunaannya setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari setelahnya.
Untuk tujuan Bahasa
Indonesia itu sendiri selain sebagai alat pemersatu dan bahasa resmi bangsa
Indonesia yaitu sebagai Lambang Identitas Nasional, artinya adalah sebagai
identitas kewarganegaraan seseorang yang membedakannya dengan negara lain, yang
mewakili kepribadian, karakter dan watak
sebagai masyarakat Indonesia, itu sebabnya kita sebagai bangsa Indonesia harus
menjaga kepribadian dan karakter baik dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Namun, pada era
digital seperti sekarang ini, tidak banyak yang mengetahui apa itu Bahasa yang
baik dan benar, khususnya remaja modern masa kini. Akibat dari banyaknya bahasa
gaul dan bahasa asing termodifikasi
yang entah dari mana asalnya merasuk dan mendarah daging dikehidupan masyarakat
khususnya remaja. Akibatnya, bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sendiri
sudah mulai luntur dan dilupakan.
Perkembangan
bahasa-bahasa gaul sesungguhnya
sangat mengkhawatirkan, selain menimbun bahasa asli bangsa Indonesia, bahasa gaul juga mengancam kokohnya pondasi
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Remaja-remaja di zaman modern ini juga
banyak yang tidak mengimbangi kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
dengan berbahasa gaul. Terlihat dari
lebih banyak remaja mengembangkan kemampuan berbahasa gaul daripada kemampuan berbahasa Indonesia yang sesuai dengan
ejaan yang disempurnakan. Sehingga, dalam berbahasa remaja sulit membedakan
dimana mereka harus berbicara formal atau tidak. Mereka juga
kesulitan menulis suatu karya dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar yang sesuai dengan pedoman atau ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.
Mirisnya, Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja
saat ini hampir sudah tidak ada yang menggunakannya dengan benar. Mereka lebih
menjunjung tinggi bahasa gaul sebagai bahasa resmi dalam pergaulan mereka
sehari-hari dan menganggap bahwa bahasa Indonesia yang sesuai EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) terlalu formal dan dianggap lucu jika digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari. Contoh yang paling jelas terlihat dalam
kehidupan sehari-hari adalah, pada zaman dahulu seorang anak masih memanggil
orangtuanya dengan sebutan Ayah dan Ibu, berbeda dengan zaman sekarang yang kebanyakan
menyebut sebutan orangtuanya dengan bahasa Bokap
dan Nyokap. Contoh kedua yaitu di dunia
kampus, mahasiswa kebanyakan acuh tak acuh terhadap penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, bahkan dalam penyusunan skripsi banyak mahasiswa yang
masih saja menggunakan penggunaan bahasa Indonesia yang salah dan tidak sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Namun,
pemerosotan bahasa Indonesia yang baik dan benar bukan hanya terjadi akibat
wabah bahasa gaul yang sudah ada
sejak zaman 2000’an tetapi juga karena harus bersaing dengan bahasa asing
lainnya yaitu seperti bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan Korea yang
sepertinya sudah menjadi bahasa keren dan dianggap sebagai orang yang gaul dan pintar jika menguasai salah
satunya. Mungkin juga banyak orang yang beranggapan bahasa Indonesia yang baik
dan benar itu hanya digunakan pada saat acara formal atau resmi saja seperti
berpidato dan lain-lain. Prihatin bukan? Mengingat bahasa Indonesia sudah bukan
menjadi kebanggaan bagi bangsanya sendiri.
Oleh
karena itu, saya mengangkat permasalahan tersebut ke dalam karya tulis ini, dengan harapan
agar remaja saat ini mengerti penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
serta mengembangkan kemampuan berbahasa mereka sesuai dengan Pedoman Umum
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Maka dari itu, untuk menjaga dan
melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sendiri harus bermula
dari masyarakat itu sendiri terutama remaja Indonesia, mengingat remaja adalah agent of change bagi negaranya sendiri.
Harapannya, agar
remaja saat ini dapat mengerti akan pentingnya berbahasa Indonesia yang baik
dan benar, serta dapat membentuk karakter remaja masa kini yang cerdas dan
berintelektual tinggi dengan cara mencintai bahasa negaranya terlebih dahulu. Mari
lestarikan bahasa Indonesia di negeri tercinta ini. Jangan takut menjadi anak
muda yang tidak gaul karena
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa sehari-hari,
melainkan jadilah sosok anak muda yang bisa menjadi inspirasi dan teladan bagi
anak muda lainnya untuk mulai mencintai bahasa Indonesia.
Jangan
cintai dia (bahasa asing), jika aku lebih indah (bahasa indonesia)
~Alvina,
2018
Komentar
Posting Komentar